Instragram

Instagram

Wednesday 21 November 2012

WHAT'S NEXT?


“Next” doesn’t sound like a motto to live by. It doesn’t make for an epic battle cry or moving political campaign slogan. But it was and still is my personal mantra that I used every day since I was growing up. Every single day that passed kind of giving me the feeling, "okay... what's NEXT?" instead of regretting on what had happened.

So, why am I telling you this? Who has any kind of concern in what I have within which I considered to be my personal mantra? I’m sharing this with you because it’s a philosophy that has carried me from nowhere to where I am today.  While I acknowledge that you can learn a great deal from historical precedents, I think we all spend too much time and energy looking backward.  The successes or failures of your past don’t define you.  It’s the ability to turn the page to the next, better chapter.

Take my life for an example, If I had paid attention to my "life indicators", a little girl with ADHD, an orphan, a victim of a physical and psychological abusive marriage; who knows where I would be. Certainly not here, sharing my opinion on life.

And when I decided to leave a certain condition and started a new chapter of my life, most people, well best to say, "the world" demanded me to stay put. And when other people with regular lives are moving up and thought that they have reached certain satisfactory points. I was drawing my own map, blazing my own trail with one single thing in mind after the end of everything, "What's NEXT"??

What was going to be the next great leap after the fall?
What was going to be the next great thought to think about after a certain misunderstanding?
What was going to be the next great step to take after a series of wrong turns in my life?
What was going to be the next idea after the failure of another idea?
What was going to be the next to build after a certain destructive condition?
What was going to be the next to grow after a certain lost?
Again, it was the same question: "What's NEXT" that actually managed to force me to keep moving forward, and somehow.., every end of something became a great beginning of something else too, and another statement will be: "I'm just getting started".

My point is, if you’re looking for an excuse to fail, you will always find one. Don’t get me wrong; I have no problem celebrating the wins. Victories are blessings, they instill the confidence within us that propels us forward. But remember, just don't trip on your victory lap if I may say though...

To some, “next” may come off as a dismissal. To me, it’s the catalyst for endless possibilities.  As a builder and a developer, my job is not done when the deal is closed. It’s about constantly watching  the road ahead.

Well...OK then, that's enough from me today...
NEXT....!!!!!



Always, with love
Lisa Fransiska Sitompul
November 21st, 2012

Friday 16 November 2012

Bukan DUNIA tapi kita


BUKAN DUNIA, tapi KITA...

My precious, 

Kebahagiaan akan datang padamu saat engkau PERCAYA, bila selama ini jiwamu tertekan dan teraniaya oleh orang-orang yang mengatasnamakan cinta untuk menjeratmu, tetaplah merangkul mereka dalam doa
, walau kini mereka murka karena engkau berani berbalik dan melangkah pergi. Tetaplah mengampuni mereka yang begitu pandainya menciptakan drama seolah yang terjadi adalah yang sebaliknya dan menumpahkan segala kebencian dan membuat seolah engkau yang telah menyakiti mereka karena engkau telah memiliki keteguhan untuk pergi dan mengatakan 'TIDAK' pada apa yang mereka inginkan.

Tidak mudah mendapatkan hidup kita kembali, terutama setelah kehidupan kita terenggut selama entah berapa lama dan diselimuti oleh kebohongan dan manipulasi. Namun saat kita mampu mengambil keputusan untuk melangkah, bersukacitalah karena akhirnya kita bisa kembali menjadi insan Allah yang utuh, dan semua yang mungkin pernah terenggut dan
segala sesuatu yang tampaknya telah diselimuti oleh kebohongan dan manipulasi selama bertahun-tahun, lenyaplah sudah. 

Bila dunia tidak setuju dengan apa yang kita rasakan, itu bukan karena dunia kejam atau tidak adil,
dunia hanya tidak mengerti bahwa apa yang kita rasakan itu mempengaruhi segala sesuatu dalam hidup kita yang secara perlahan menghancurkan diri kita sendiri. 

Bila dunia seolah mengatakan kita egois, hal itu bukanlah karena dunia tidak peduli dan acuh tak acuh akan apa yg kita rasakan; dunia hanya tidak mengetahui saat kita hidup dalam kepedihan panjang yang tidak tampak secara kasat mata di depan
dunia, dan dunia tidak menyaksikan bahwa jiwa kita hancur perlahan hingga bahkan kesehatan kitapun hancur sedikit demi sedikit, dunia hanya akan berkata, "Kasihan dia" tanpa mampu berbuat apa-apa atau bahkan mengurangi rasa sakit itu.

Bila dunia tidak sependapat dengan langkah akan kita ambil, bukanlah karena dunia ingin menentang kita,
dunia hanya tidak merasakan apa yang kita rasakan, betapa pedihnya rasa duri yang menancap di telapak kaki kita selama kita melangkah dalam dalam tekanan, kebohongan dan manipulasi itu.

Karena, selama ini...
Bukan dunia yang menutupi segala sesuatu demi ini dan itu.

Bukan dunia yang merasakan bahwa beban itu jadi makin berat karena setiap harinya muncul obligasi baru yang semakin menjerat. 

Bukan dunia yang merasakan bahwa selama ini beban itu jadi makin menyiksa karena selain kita harus alami semua kekejian dan berkompromi atas apa yang dilakukan oleh orang yang menguasai hidup kita dengan menciptakan kondisi yang mereka inginkan; kita juga harus bersikap seolah semua baik-baik saja dan kita seolah tampak menikmati siksaan itu.  

Bukan dunia yang harus bersandiwara didepan siapapun bahwa kita
seolah mencintai seseorang hanya karena orang itu mencintai kekuasaannya atas kita.

Bukan dunia yang meraskaan siksaan keharusan itu walau jiwa kita berontak atas kekejaman yang dilakukan atas hidup kita dengan mengatasnamakan cinta.

Bukan dunia yang harus berjuang untuk menyenangkan orang-orang yang menguasai hidup kita.

Bukan dunia yang akhirnya tersakiti secara batin dan mencoba menikmatinya
; yang pada akhirnya lama kelamaan menjadi racun yang menggerogoti jiwa dan fisik kita.

Juga... Bukan dunia yang harus menjaga sesuatu dan bertahan dalam kondisi yang telah dipelintir oleh orang-orang yang memiliki kuasa atas kita karena mampu memanfaatkan kita sebaik mungkin selama periode waktu tertentu.

Dan kini....
Bukan dunia yang harus berhadapan dengan kenyataan bahwa yang benar adalah apa yang dikatakan oleh mereka yang telah menguasai hidup kita selama entah berapa lama, namun berbahagialah engkau yang berani mengambil keputusan menentang semua dengan satu pengertian bahwa Allah mengerti dan mengenal hati kita.

Dan walau kini engkau dihujat...
di sakiti...
bahkan dipersalahkan akan segala sesuatu...

Ingatlah...

Bahwa semakin engkau direndahkan, semakin mulialah engkau di hadapanNYA.

Bahwa semakin pandai mereka mengumbar drama kehidupannya dan menempatkanmu sebagai tokoh si ‘jahat’, semakin hati dan jiwamu berbahagia karena engkau melakukan apa yang engkau yakini, sedangkan mereka sedang bersusah payah menyenangkan penonton drama kehidupannya.

Dan semua rangkaian kejadian yang tampak menyakitkan ini hanya sebuah proses yang semakin menguatkanmu, semakin membuat engkau bersyukur karena engkau telah keluar dari sebuah kondisi yang selama ini selalu kau turuti dan ikuti, semakin membuat engkau menyadari bahwa engkapun punya hak hidup dan hak berkarya yang sama dengan orang lain, engkau bukanlah sekedar sosok penggembira dan pemuas keinginan orang-orang tertentu, bahwa engkau bukanlah orang yang tidak bersyukur atas keindahan yang juga tetap muncul di tengah jeratan itu, dan engkau tetap berjuang untuk tetap membuat keindahan itu indah dan memukau dengan caramu yang tetap mengandalkan kasih sayang sebagai dasar dalam melakukan apapun yang ingin kau lakukan, bukan sesuai dengan apa yang diinginkan oleh orang-orang yang ingin menguasaimu.

Sehingga akhirnya kelak, engkau akan menyadari,
“ONLY THE DEAD FISH GOES WITH THE FLOW”

Hanya jiwa yang matilah yang berdiam dalam kondisi-kondisi yang selama ini telah engkau jalani...

Kini, saat engkau telah berbalik dan mengerahkan tenagamu untuk meraih apa yang telah lama ingin kau raih, mungkin engkau harus melawan arus yang teramat kuat, mungkin engkau harus melewati rintangan yang tidak terbayangkan oleh banyak orang, mungkin engkau akan harus menjalani penghakiman sosial dan dianggap manusia yang berbeda dengan sekelilingmu...

Well, in my opinion....
The difference between ORDINARY and EXTRAORDINARY is that little EXTRA in between, and who knows, that you can be more than EXTRA by being DIFFERENT...



With love, 
Lisa Fransiska Sitompul
November 16th, 2012